GENETIC BREDING II
Pertanyaan yang selalu diajukan bagi orang yang akan
beternak adalah "bagaimana cara beternak agar menghasilkan burung berkualitas
secara berkesinambungan dari tahun ke tahun" ? Ini adalah
pertanyaan klasik dan jawabannya juga klasik yaitu "Start with the right
pigeons, breed them correctly and success will be possible". Kalau
diterjemahkan kira2 "Mulailah dengan bibit yang tepat dan ternak secara benar, dan
kemungkinan akan berhasil".
Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah "bagaimana cara memilih bibit yang tepat dan bagaimana beternak yang benar" ??
Pada umumnya
ada 2 cara seorang mendapatkan burung yang akan digunakan sebagai bibitan untuk
diternak.
1.
Cara pertama adalah dengan menggunakan burung yang sudah
dimiliki. Ini pada umumnya terjadi karena ada burung yang kita mainkan
menunjukkan kinerja yang bagus lalu kita ingin jadikan indukan dengan harapan
dapat memberikan turunan yang sama bagusnya atau bahkan lebih bagus dari
indukannya. Burung yang bagus ini seringkali bukan hasil ternakan sendiri
tetapi hasil beli atau pemberian orang lain sehingga kita tidak mempunyai induk
dari burung tersebut.
2.
Cara kedua adalah dengan cara membeli burung untuk bibit. Di sini harus
extra hati-hati karena kesalahan dalam membeli bibit bisa menggagalkan semua
rencana ternak.
Dr. Wim Peters memberikan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli burung untuk bibit.
1.
Kita harus mempunyai konsep atau bayangan burung seperti apa yang
ingin dihasilkan. Jawabnya tentu ingin menghasilkan burung yang "bagus".
Tetapi harus dijabarkan kriteria burung yang bagus menurut kita seperti apa.
Ini tentu tergantung dari selera masing2 peternak dan tujuan dari peternak.
2.
Setelah memiliki konsep atau bayangan burung yang bagus seperti
apa, maka langkah selanjutnya adalah mencari peternak yang punya nama baik dan
menghasilkan burung2 yang sesuai dengan keinginan/cita2 kita. Kalau kita ingin
menghasilkan burung yang terbangnya kencang / speed, shoot / tembaknya keras,
jalurnya bagus. Jangan kita pergi kepeternak yang hanya kagetan saja pada saat
burungnya naik daun, namun carilah peternak yang mempunyai hasil ternakan yang
kualitasnya hampir merata. Lakukan riset sebanyak mungkin kepada peternak2 yang
mempunyai reputasi bagus.
3.
Kalau mungkin, yang paling mudah adalah membeli bibitan yang sudah
terbukti menghasilkan anak2 yang bagus. Tetapi biasanya mencari bibit yang
demikian akan mahal atau bahkan tidak dijual. Seorang
peternak tidak akan menjual bibitan yang sudah terbukti bagus karena apabila
dijual maka ternaknya akan terputus. Kalau seorang menjual bibitnya, perlu
dicurigai, bisa jadi kualitas anak yang dihasilkan sudah menurun. Kalaupun ada
peternak yang mau menjual bibit yang bagus, tentu harganya mahal dan belum
tentu kita mampu membelinya.
4.
Beli burung yang masih aktif dan punya
prestasi bagus. Kelemahannya adalah harganya
kemungkinan mahal dan banyak burung yang kinerjanya bagus tetapi tidak bagus
sebagai bibit. Ini disebabkan karena komposisi gen-nya sangat heterogen.
Menurut Wim Peters, berdasarkan pengalamannya burung yang kinerjanya bagus
hanya mampu menurunkan sekitar 10 - 20 % anak bagus. Kesulitan lain
adalah masih harus mencari sedikitnya 2 betina yang juga bagus.
5.
Membeli satu seri anakan (3-5 piyik) dari
bibit yang telah terbukti mampu menurunkan anak yang bagus. Memang belum tentu
semua anaknya bagus tapi dari 5 ekor piyik kemungkinan besar ada anaknya yang
bagus. Membeli piyik tentu harganya lebih murah daripada membeli burung yang
sudah punya kinerja bagus. Dari piyik2 ini tentu tidak bisa langsung dijadikan
breeder, tetapi ada baiknya ditest dulu. Kelemahan lain adalah memerlukan waktu
yang lebih lama sebelum bisa diternak. Memelihara burung dari piyik juga
mempunyai keuntungan karena kita lebih tau karakter dari burung tersebut.
6.
Kalau tidak mampu membeli anak langsung, maka
bisa membeli cucu dari indukan yang sudah terbukti bagus atau cucu dari burung
yang punya prestasi bagus. Kalau kita perhatikan pedigree burung-burung juara,
maka jarang sekali burung tersebut adalah anak langsung dari burung juara juga.
Kebanyakan adalah cucu atau bahkan buyut atau cicit dari burung juara. Hal ini
disebabkan karena jarang burung juara yang mampu menurunkan burung juara juga
dan kalaupun menurunkan juara maka burung tersebut akan langsung diternak oleh
pemiliknya. Oleh sebab itu, burung yang banyak beredar adalah cucu atau buyut burung juara.
7.
Sebaiknya, membeli bibit dari satu trah yang
sama. Apa bila memulai ternak dengan bibit dari
trah yang bermacam-macam (campuran) maka anakannya pun akan bervariasi. Ini
akan menyulitkan untuk mewujudkan kualitas burung dengan ciri-ciri seperti yang
kita harapkan (point no.1)
Catatan:
Catatan:
- Jangan memulai ternak dengan menggunakan indukan yang tidak jelas asal-usulnya atau belum teruji kinerjanya karena peluang untuk gagal akan lebih besar dibandingkan dengan menggunakan burung yang trah dan kinerjanya sudah jelas.
- Untuk memulai ternak sebaiknya menggunakan 1 jantan dan minimal 2 betina yang bagus. Semakin banyak betina tersedia semakin baik, tetapi sebaiknya berasal dari trah yang sama.
Pertanyaan kedua adalah "bagaimana beternak yang
benar"
1.
Pada prinsipnya ada 2 sistem beternak yang biasa digunakan yaitu "outcrossing
atau outbreeding"
dan genetic
breeding.
Outcrossing adalah sistem breeding yang paling sederhana dan paling mudah dilaksanakan. Di sini 2 burung yang tidak ada hubungan darah sama sekali disilangkan. Sistem breeding ini adalah yang paling konvensional namun karena mudah maka sampai sekarang pun masih dipraktekan. Outcrossing bukan tidak mungkin menghasilkan burung yang bagus, bahkan dengan outcrossing ada kemungkinan menghasilkan anakan yang lebih bagus dari induknya. Argumentasi pendukung sistem outcrossing adalah justru dengan crossing maka akan memperkaya komposisi gen. Secara teoritis argumen ini benar, tapi out crossing juga mempunyai kelemahan antara lain:
Outcrossing adalah sistem breeding yang paling sederhana dan paling mudah dilaksanakan. Di sini 2 burung yang tidak ada hubungan darah sama sekali disilangkan. Sistem breeding ini adalah yang paling konvensional namun karena mudah maka sampai sekarang pun masih dipraktekan. Outcrossing bukan tidak mungkin menghasilkan burung yang bagus, bahkan dengan outcrossing ada kemungkinan menghasilkan anakan yang lebih bagus dari induknya. Argumentasi pendukung sistem outcrossing adalah justru dengan crossing maka akan memperkaya komposisi gen. Secara teoritis argumen ini benar, tapi out crossing juga mempunyai kelemahan antara lain:
a)
Kualitas anakan sulit diprediksi dan
cenderung beraneka ragam dari yang sangat jelek sampai yang sangat bagus.
b)
Hasil dari ternak kita tidak mempunyai
ciri-ciri yang khas (tidak punya trademark)
c)
Tidak ada jaminan kesinambungan karena begitu
indukan tidak berproduksi lagi maka harus mulai dari awal dan dapat
merusak seluruh hasil yang sudah dicapai atau bahkan merusak reputasi peternak
karena tidak ada jaminan dapat memperoleh indukan baru yang sama baiknya.
d)
Kualitas anakan
hasil crossing semakin lama akan semakin menurun.
2.
Metode kedua
adalah genetic breeding yaitu sistem breeding dengan menggunakan
prinsip-prinsip atau hukum penurunan karakter (fisik dan psikis) dari indukan
kepada turunannya (hereditas).
KEMUNGKINAN DALAM BREDING
1.
Breeding bukanlah suatu hitungan matematis
yang hasilnya serba pasti. Dalam breeding kita hanya bisa bicara pada tataran
"kemungkinan, kecenderungnan atau prediksi".
2.
Kalau kita bicara kualitas yang dimaksud
adalah kualitas hasil ternak secara keseluruhan, bukan kualitas burung secara
individual karena tujuan ternak adalah menghasilkan suatu "keluarga"
burung yang hasilnya bagus.
3.
Perspektif dalam beternak harus jangka
panjang, bukan hanya untuk kurun waktu setahun atau dua tahun.
Katakanlah kita punya
1 super breeder jantan. Kalau 1 super breeder ini secara terus menerus
dijadikan breeder dengan outcrossing maka secara alamiah karena faktor
usia kemampuan breedingnya (propetency) akan menurun. Apabila suatu
saat kita menggunakan anak superbreeder sebagai pengganti, maka kita akan
berhadapan dengan hukum ke-2 Mendel yaitu Law of Fission atau Law of Segregation
dimana kontribusi gen superbreeder akan semakin kecil, begitu seterusnya apabila
jaraknya semakin panjang maka generation contribution of ancestor-nya semakin kecil.
Sistem outcrossing
hanya bisa berhasil apabila si peternak secara terus menerus memasukkan
burung2 yang kualitasnya sama atau semakin tinggi sebagai breeder.
Masalahnya untuk mendapatkan burung2 superbreeder tentu tidak semua breeder
mampu. Genetic breeding dimaksudkan agar gen positif yang dimiliki oleh
superbreeder bisa terus dipertahankan kepada generasi berikutnya.
BURUNG MASIH TERBANG TELORNYA DITETESKAN
BOLEH NGGA
Sudah sejak lama saya
tergelitik dengan pernyataan : "Tidak boleh menetaskan telur merpati yang
masih diterbangkan / dilombakan" atau "Dilarang keras menetaskan
telur merpati yang masih diterbangkan atau dilombakan !!"
dengan alasan prestasi merpatinya akan terus turun / jeblok.
Sebagian besar penggemar
merpati balap khusus-nya banyak yang meyakini pernyataan tersebut, namun ada
juga yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
kalau burung tsb masih dilatih/lomba jgn dianakkan/ditetaskan,
ini akan mengurangi daya/kekuatan krn diakibatkan naluri burung akan slalu
teringat pd anaknya oleh sebab itu untuk rasa bersaing sesama pembalap akan
sedikit berkurang/tidak gairah.
Tapi pernah ada kejadian, burung kinerjanya jadi turun ketika mabung, istirahat, telurnya
ditetaskan.
Apakah ini cuma kebetulan? Atau memang kualitas burungnya sudah menurun .. Mungkin karena 'kebetulan' anaknya lebih bagus dari bapaknya, maka seakan2 bapaknya kinerjanya turun.
Kasus lain... Leonard berlomba dgn anaknya sendiri : Singa Laga. Kinerja Leonard tidak berubah, malah juara nasional. Berarti mitos ini tidak terbukti
Apakah ini cuma kebetulan? Atau memang kualitas burungnya sudah menurun .. Mungkin karena 'kebetulan' anaknya lebih bagus dari bapaknya, maka seakan2 bapaknya kinerjanya turun.
Kasus lain... Leonard berlomba dgn anaknya sendiri : Singa Laga. Kinerja Leonard tidak berubah, malah juara nasional. Berarti mitos ini tidak terbukti
Contoh :
Untuk gampangnya, misalkan kita ingin mencetak burung seperti Leonard, maka
cari darah leonard satu seri, misalnya 5 anak Leonard. Dari 5 anak Leonard itulah kita mengawali breeding. Kalau kita mau mencetak burung
yang gayanya seperti Leonard, tapi bibitnya gado-gado (campuran berbagai macam
trah), maka hasilnya pun akan gado-gado. Memang tidak ada jaminan bahwa kelima anak Leonard itu hasilnya akan bagus semua, tetapi kemungkinan karakter Leonard
akan turun ke anaknya, secara teoritis sangat mungkin. Di sini
tentu diperlukan keahlian kita untuk menyeleksi, anak Leonard yang feno-type nya mendekati Leonard. Tidak sembarangan anak Leonard.
janoko.mozart.bf@gmail.com
www.merpati.forumotion.net
Cp. 087733991995
www.merpati.forumotion.net
Cp. 087733991995
janoko mozart bf postinganya mantab dan sangat bermanfaat bisa membantu..
BalasHapus