Untuk
menerapkan genetic breeding ada baiknya kita juga mempelajari ilmu genetika
atau ilmu tentang penurunan sifat. Untuk menyederhanakan permasalahan, saya
gunakan saja penurunan sifat (selanjutnya kita gunakan istilah
"traits" yaitu keseluruhan sifat/ciri2 fisik dan psikis yg dimiliki
merpati) yang disampaikan oleh Steven van Breemen karena lebih sederhana tetapi
cukup jelas dikaitkan dengan breeding merpati.
Breemen mengelompokkan traits menjadi 2, yaitu:
1.
Non Additive Traits yg meliputi vitalitas,
daya tahan dan kemampuan utk pulih dari kelelahan (sign to come into form).
2.
Additive Traits yg mencakup kecerdasan,
"mordant" (mental tempur) speed, dan bakat yg jarak terbang (short,
medium, atau long distance). Pd bagian lain, Breemen mengelompokkan kualitas
otot juga sebagai addittive traits
Non additive
traits bisa hilang atau berkurang akibat dari inbreeding, namun akan
dapat dipulihkan kembali melalui outcrossing. Maksudnya burung2 hasil
inbreeding akan kehilangan atau mengalami penurunan vitalitas, daya tahan dsb,
tetapi apabila burung tersebut di-outcross maka turunan berikutnya akan pulih
kembali/normal.
Sementara additive
traits akan diturunkan kepada generasi berikutnya secara
"intermediary" (1/2 dari traits bapaknya + traits ibunya). Misalnya
kecerdasan bapaknya 95 dan ibunya 90. Maka kecerdasan anaknya adalah 1/2
(95+90)= 92,5. Angka 92,5 bukanlah angka yg pasti tetapi hanya secara teoritis
saja. Dari konsep penurunan secara intermediary ini maka dapat disimpulkan bhw
kita harus selalu menyilangkan 2 indukan yg kualitasnya bagus. Yg kedua,
apabila salah satu burung disilangkan dgn burung yg additive traits-nya lebih
rendah akan berakibat pada penurunan kualitas additive traits pd
anak/turunannya.
Kalau kita
membaca buku tentang genetic breeding, maka akan dijumpai isrtilah - istilah
seperti inbreeding, linebreeding, crossing, outcrossing, dll. Tetapi
penggunaan istilah2 tersebut selalu tidak konsisten antara penulis yang satu
dgn yg lainnya. Untuk itu saya kira perlu menyemakan persepsi mengenai arti
dari istilah2 tsb.
1.
Inbreeding adalah penyilangan jantan dan bertina yg
mempunyai hubungan darah sangat dekat, yaitu antara bapak/ibu dgn anaknya
(inbreeding vertikal) atau kakak dgn adik (inbreeding horizontal).
2.
Linebreeding adalah penyilangan jantan dan betina yg
masih mempunyai hubungan darah namun tidak terlalu dekat atau tidak sedekat
hubungan dalam inbreeding. Yg masuk dalam kelompok penyilangan linebreeding
antara lain kakek/nenek dgn cucu, paman/tante dgn keponakan (linebreeding
vertikal) dan perkawinan antar sepupu (linebreeding horizontal).
Untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara kedua individu, bisa juga dihitung dengan menggunakan rumus "inbreeding coeficient" yg ditulis oleh Sewel Wright atau biasa disebut dengan Wright Formula". Untuk mengetahui rumus dan cara menghitung inbreeding coeficient bisa dicari di google.
Untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara kedua individu, bisa juga dihitung dengan menggunakan rumus "inbreeding coeficient" yg ditulis oleh Sewel Wright atau biasa disebut dengan Wright Formula". Untuk mengetahui rumus dan cara menghitung inbreeding coeficient bisa dicari di google.
3.
Outcrossing adalah penyilangan jantan dan betina yg
tidak mempunyai hubungan darah sama sekali.
4.
Crossing adalah penyilangan jantan dan betina yg tidak mempunyai
hubungan darah sama sekali, tetapi kedua-duanya merupakan burung hasil
inbreeding. Crossing juga biasa disebut dengan istilah hibridanisasi
(hybridization).
5.
Backcrossing merupakan bentuk lain dari linebreeding
yaitu trah yg sudah kita miliki disilangkan dgn burunglain yg tidak ada
hubungannnya lalu anaknya dicross balik dengan dalah satu burung dari trah
milik kita. Penyebab kegagalan peternak pada umumnya disebabkan oleh kesalahan
waktu melakukan backcrossing karena apabila dilakukan secara gegabah justru
akan merusak trah yg sudah ada.
Kita coba bahas istilah tersebut satu persatu:
INBREEDING
1. Beberapa aspek yg perlu diketahui dalam inbreeding adalah:
INBREEDING
1. Beberapa aspek yg perlu diketahui dalam inbreeding adalah:
a.
Inbreeding akan menyebabkan apa yg disebut dengan inbreeding
depression atau degenerative effects seperti kehilangan vitalitas, rentan
terhadap penyakit, ukuran semakin kecil, infertilitas, sampai cacat fisik.
b.
Inbreeding tidak menambah traits baru
kepada anaknya tetapi hanya mengumpulkan traits yg sudah ada pd indukan baik yg
positif maupun yg negatif. Penambahan traits hanya dapat dilakukan melalui backcrossing.
c.
Inbreeding tidak menyebakan turunan menjadi jelek atau cacat,
tetapi inbreeding akan memunculkan traits2 negatif pada indukan yg tidak muncul
karena bersifat resesif. Traits2 negatif ini selanjutnya dikeluarkan dari
ternak kita melalui proses sekeksi sehingga burung breeder kita hanya memiliki
traits yg positif saja (desired traits).
d.
Tidak semua trah cocok utk inbreeding. Tetapi apabila kita
memiliki indukan yg cocok utk inbreeding maka bisa dicoba dilakukan
"double inbreeding". Kalau ini hasilnya juga bagus, maka peluang
keberhasilan breeding semakin besar.
e. Inbreeding
hanya dapat dilakukan apabila disertai dengan proses seleksi yg sangat ketat. Anakan yg tdk memenugi standard harus segera "disingkirkan" dari
program breeding.
f. Burung hasil inbreeding hanya cocok untuk menjadi breeder sementara untuk
mencetak racer harus melalui crossing, kecuali burung hasil inbreeding
memperlihatkan vitalitas yg tinggi.
g. Pada tahap awal inbreeding kemungkinan besar anakan yg harus disingkirkan
cukup banyak (bisa lebih dari 50 %) , tetapi semakin lama jumlah yg diafkir
akan semakin berkurang.
h. Meskipun bisa dipelajari, namun Inbreeding lebih sulit dari linebreeding,
dan karenanya sebagian peternak menghindari inbreeding. Sebagai alternatif,
banyak peternak yg hanya menggunakan linebreeding meskipun proses pengumpulan
traits lebih lambat tetapi lebih fleksible (banyak pilihan penyilangan) dan
proses degenerative effect-nya berlangsung lebih lambat.
2. Karena inbreding tujuannya adalah mencetak
breeder, maka yg penting dalam seleksi adalah melakukan progeny test. Ada
beberapa cara (rumus) melakukan progeny test agar obyektif.
Burung hasil inbreeding sepanjang memperlihatkan vitalitas yg bagus, sebaiknya juga dilakukan seleksi dengan cara performance test (dimainkan), tetapi apabila vitalitasnya tidak baik, maka sesuai tujuannya (mencetak breeder), maka yg langsung dilakukan progeny testing.
Burung hasil inbreeding sepanjang memperlihatkan vitalitas yg bagus, sebaiknya juga dilakukan seleksi dengan cara performance test (dimainkan), tetapi apabila vitalitasnya tidak baik, maka sesuai tujuannya (mencetak breeder), maka yg langsung dilakukan progeny testing.
Kita
lagi melakukan sample : 2 ekor betina saya sedang dipakai inbreed dan linebreed
oleh teman dan ternyata vitalitasnya sangat baik. Kalau bagus akan dicoba
double inbreed.
Keuntungan
inbreeding adalah proses pengumpulan gen yg diinginkan bisa lebih cepat, namun
kelemahannya juga banyak khususnya dalam bentuk degenerative effect atau
inbreeding depression.
3. Beberapa penulis menyarankan, apabila kita belum mahir menggunakan
inbreeding lebih baik fokus kepada linbreeding saja. Meskipun pengumpulan gen
lebih lambat, tetapi gejala munculnya degenerative effect juga lebih lambat.
Keuntungan lain adalah lebih fleksibel dalam penyilangan dalam pengertian lebih
banyak pilihan.
4. Utk
melakukan linebreeding sebaiknya jangan terlalu jauh. Kalau kita gunakan
inbreeding coeficient (IC) sebagai patokan, maka sebaiknya jangan menyilangkan
yg IC-nya <3,125 karena pengumpulan gen akan lambat. Burung hasil
linebreeding yg tidak terlalu dekat pada umumnya juga dapat menjadi racer.
5. Aplikasi linebreeding
yg paling umum adalah 1 jantan dengan beberapa betina (polygamous mating). Disarankan, gunakan betina yg baik antara 3-5 ekor. Silangkan jantan
tersebut dengan semua betina yg ada secara bergantian. Masing-masing betina
sebaiknya ditetaskan minimal 4 kali sehingga tersedia pilihan yg cukup utk
seleksi.
6. Ambil
1 pasang yg paling baik dari hasil penyilangan dengan setiap betina. Utk anak
yg jantan harus ditest dengan cara dimainkan.
7. Betina
yg menghasilkan anak2 paling jelek dan tidak merata dikeluarkan dari program
breeding dan diganti dengan betina hasil penyilangan. Lakukan penyilangan secara
horizontal diantara anak2 yg lolos seleksi (kakak tiri vz adik tiri/ 1 bapak
lain ibu).
8. Lakukan
penyilangan vertikal dengan kakek/neneknya dng cucu2nya secara bergantian
sampai ditemukan "the golden pair" (pasangan emas) atau pasangan yg
paling cocok. Apabila kita ingin melestarikan darah jantan induk awal, maka
lakukan perlu difokuskan penyilangan dengan jantan tersebut. Lakukan
"pengocokan" (Kalau main kartu istilahnya stack the deck) sesering
mungkin. Burung uyg terbukti menghasilkan turunan cenderung jelek dikeluarkan
dari kandang breeding.
9. Backcrossing
pada intinya adalah varian dari linebreeding. Burung dari trah yg sudah ada
disilang dengan trah lain yg juga hasil inbreeding/linebreeding lalu turunannya
disilang balik dengan dengan trah yg sudah kita bangun. Dari hasil penelitian,
burung2 juara di eropa sebagian besar merupakan hasil penyilangan 2 burung
inbreed/linebreed atau yg biasa disebut hibridanisasi.
10.Backcrossing harus dilakukan dengan
sangat hati2 dan sebaiknya apabila akan melakukan backcrossing burung yg
digunakan sudah betul2 teruji bagus. Kesalahan atau ketidak hati-hatian dalam
backcrossing akan membawa resiko program breeding yg dibangun menjadi
berantakan. Memang kualitas trah kita hanya bisa bertambah baik kalau dilakukan
backcrossing, tetapi sekali lagi kesalahan dalam backcrossing justru akan
merusak trah yg sudah dibangun.
11.Dave Shewmaker menyarankan, daripada
melakukan backcrossing lebih baik membuat trah baru (sub-family) yg merupakan
gabungan 2 trah hasil inbreed/linebreed. Untuk bisa melakukan hibridanisasi
minimal diperlukan 2 trah inbreed/linebreed.
12.Apabila melakukan outcrossing untuk
mencetak racer, disarankan menggunakan betina yg terbukti bagus. Namun
demikian, karena kita hanya memainkan burung jantan, ada baiknya juga kita
menggunakan jantan sebagai outcrossing sehingga kita bisa memilih jantan yg
kinerja sudah teruji bagus.
CIRI – CIRI BETINA YANG BERKUALITAS SEBAGAI
BREDER
Gen
yg akan muncul ke permukaan adalah gen yg dominan atau gen resesif dari bapaknya
ketemu dengan gen resesif dari ibunya.
Karakter burung dibagi menjadi dua :
Karakter burung dibagi menjadi dua :
1.
Quantitative characters.
Quantitative character penurunannya secara
intermediary
2.
qualitative characters.
Qualitative characters (penampilan fisik)
penurunannya sex-linked.
Memang ada betina yg disebut punya kemampuan "the nicking factor" (menurut Bishop) atau nicking combine ability (menurut Peters) yaitu betina yg kalau dijodohkan dengan jantan bagus anaknya cenderung bagus juga (tidak harus seperti bapaknya).
Memang ada betina yg disebut punya kemampuan "the nicking factor" (menurut Bishop) atau nicking combine ability (menurut Peters) yaitu betina yg kalau dijodohkan dengan jantan bagus anaknya cenderung bagus juga (tidak harus seperti bapaknya).
Menurut Bishop,
ciri2 betina yg punya the nicking factor adalah eye sign-nya the violet (lihat
bahasan eye sign) dan kakinya cenderung lebih besar dari kaki burung pada
umumnya.
Menurut saya, betina yg punya the nicking factor itu sebetulnya juga betina yg memang pada dasarnya burung bagus (dari segi karakter dan ciri2 fisik). Bukan berarti betina jelek kalau punya the nicking factor anaknya selalu bagus atau seperti bapaknya. Betina bagus kalau dijodohkan dengan jantan bagus hasilnya akan cenderung bagus. Itupun dengan catatan struktur gen kedua indukan adalah homogen dan dominan bagus.
Menurut saya, betina yg punya the nicking factor itu sebetulnya juga betina yg memang pada dasarnya burung bagus (dari segi karakter dan ciri2 fisik). Bukan berarti betina jelek kalau punya the nicking factor anaknya selalu bagus atau seperti bapaknya. Betina bagus kalau dijodohkan dengan jantan bagus hasilnya akan cenderung bagus. Itupun dengan catatan struktur gen kedua indukan adalah homogen dan dominan bagus.
PENDAPAT BILA ANAK JANTAN
'KEBANYAKAN' MENGIKUTI ALUR INDUK PEREMPUAN
Memang betul banyak yg berpendapat bahwa
karakteristik jantan "cenderung" menurun kepada anaknya yg betina dan
sebaliknya. Penjelasan ilmiahnya bagaimana saya belum pernah baca.
Tapi yg saya
tau adalah penurunan gen induk jantan dan betina kepada anak mengikuti hukum
hereditas(heredity) yaitu anak mendapatkan 50 % gen nya dari bapak dan 50 %
dari ibu. Mengenai gen bapak dan ibu mana yg akan menurun kepada anakannya
tergantung dari struktur geno-type bapak dan ibunya. Di sini kita akan
berhadapan dengan masalah gen heterozigot vs homozigot dan dominan dan resesif.
Coeficient inbreeding anak jantan dan betina sama saja, yaitu sama-sama 50 %. jadi dari
segi genetik, sebetulnya anak jantan dan anak betina sama. Masalahnya adalah
kita tidak pernah tau bagaimana struktur geno-type dari induk jantan dan
betina. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan seleksi anakan yg mempunyai
ciri-ciri pheno-typenya seperti indukannya. Dengan proses seleksi ini kita bisa
mengumpulkan geno-type dari indukan yg menurun kepada anaknya.
Kalau dari
ciri-ciri fisik (warna bulu, mata dll), pembelahan kromosom sel telur dan
sperma dari indukan kepada anaknya setiap kali terjadi pembuahnan berlangsung
secara acak. Bahkan tidak jarang ciri-ciri fisik dari kakek/neneknya yg terbawa
oleh induk jantan atau induk betina bisa muncul kembali. Itu sebabnya anakan
burung dari indukan yang sama bisa beraneka ragam.
Jadi perlu dibedakan penurunan ciri-ciri fisik atau penurunan geno-type?
Jadi perlu dibedakan penurunan ciri-ciri fisik atau penurunan geno-type?
METODE PENERAPAN BREEDING
1.
Sekali lagi perlu diingat bahwa sebelum
memulai breeding, harus ditentukan kriteria/ciri-ciri burung yang ingin
dihasilkan dari ternakan kita. Yang penting, jangan membuat kriteria yg terlalu
banyak atau menciptakan burung yang serba bisa/sempurna. Kita harus realistis,
bahwa tidak ada burung yang sempurna. Selain itu, jangan menambah kriteria yg
tidak perlu seperti warna bulu, warna mata, dll. Burung bagus bisa warna apa
saja. Kalau kita terlalu banyak membuat kriteria, maka program breeding sulit
mencapai kemajuan.
2.
Setelah mendapatkan indukan yang sesuai
dengan tujuan breeding, maka perlu diamati sedetail mungkin indukan tersebut
mulai dari kualitas mata, bulu, tulangan, otot, dan lain-lain sampai hal-hal
yang kecil. Ini penting untuk dijadikan alat seleksi.
3.
Setelah mencermati indukan, maka tentukan
kriteria seleksi yang tepat.
4.
Lakukan seleksi secara ketat dan tegas. Prinsipnya "cull more, not less". Maksudnya menyingkirkan burung
lebih banyak akan lebih bagus. Kalau kita tetap mempertahankan burung yang tidak memenuhi syarat
sesuai dengan kriteria yg sudah kita tetapkan, maka kemajuan breeding akan
menjadi lambat. Yang sering terjadi adalah, keragu-raguan untuk menyingkirkan burung
karena mengharap "siapa tau" akan bagus. Tujuan breeding adalah untuk mencetak indukan dan racer. Kita tidak
memerlukan banyak indukan (breeder) oleh karenanya seleksi secara ketat tidak
akan menjadi masalah. Setelah memiliki breeder yang bagus, mencetak racer akan
menjadi lebih mudah. Sebaliknya, apabila breeder yg kita miliki kualitasnya
tidak bagus, maka mencetak racer yang bagus menjadi sangat sulit. Jadi yang
terpenting adalah mencetak breeder. Sebagai patokan, jumlah breeder yg kita
butuhkan sekitar 10-20% dari jumlah racer yang ingin kita cetak.
5.
Pada tahap awal breeding, biasanya jumlah
burung yg harus disingkirkan cukup banyak, tetapi semakin lama akan semakin
berkurang. Hal ini disebabkan pada tahap awal breeding kemungkinan struktur gen
indukan masih sangat heterogen (banyak gen resesif).
Dengan
inbreeding, sifat negatif yg tidak terlihat pada indukan akan muncul pada
turunannya. Anakan yg mempunyai ciri-ciri negatif inilah yang harus disingkirkan.
Semakin heterogen struktur gen indukan, semakin banyak piyikan yang harus
disingkirkan. Oleh sebab itu, akan lebih baik mengawali breeding dengan burung yg
mempunyai hubungan darah.
6.
Sebelum anakan dijadikan breeder, perlu
dilakukan pengetesan terlebih dahulu, khususnya test kemampuan breeding
(progeny test). Nanti akan kita bahas bagaimana melakukan progeny test.
7.
Burung hasil inbreeding dan linebreeding
pada umumnya tidak cocok sebagai racer karena vitalitasnya akan menurun. Untuk
mencetak racer sebaiknya melalui crossing burung hasil inbreed dengan burung
lain. Namun demikian apabila burung hasil inbreed atau linebreed mempunyai
vitalitas yang baik bisa ditest sebagai racer.
8.
Berdasarkan penelitian, hasil penyilangan 2
burung hasil inbreed mempunyai kualitas yang lebih baik sebagai racer maupun
breeder (hibridanisasi). Untuk itu, sebaiknya program breeding
dimulai dengan membuat 2-4 trah yang berbeda disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing peternak. Tetapi jangan membuat lebih dari 4 trah
karena hasil ternak kita akan kehilangan ciri khas.
9.
Inbreeding dan linebreeding tidak menambah
karakteristik tetapi hanya melestarikan karakter yang sudah ada pada indukan.
Oleh karenanya, program breeding selalu harus dimulai dengan kualitas indukan
yg baik (the best VS the best). Penambahan karakter tertentu hanya bisa
dilakukan dengan backcrossing.
10. Peternak yang kualitasnya semakin lama semakin menurun pada umumnya
disebabkan oleh kesalahan waktu melakukan backcrossing sehingga kualitas bibit
generasi setelah backcrossing semakin menurun.
11. Trah yang sudah dibangun harus tetap dijaga kemurniannya secara ketat
dengan tidak melakukan back crossing kecuali burung yang akan dijadikan
backcrossing sudah teruji lebih baik dari trah yang ada.
12. Selalu membuat catatan yang rapi mengenai piyik yang dihasilkan dari suatu
penyilangan (segi positif dan negatifnya) Dari catatan ini akan dapat
ditentukan indukan yang paling bagus. Singkirkan indukan yang cenderung
menghasilkan anak tidak memenuhi kriteria dan ganti dengan indukan yang baru
dari hasil inbreeding dan linebreeding. Yang penting jangan hanya terpaku pada
satu indukan saja, tetapi perlu dicoba indukan yg lain sebagai bagian dari
proses regenerasi indukan.
|
Teori itukan fungsinya
hanya sebatas panduan saja yg implementasinya tentu harus disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan masing2.
Tapi kalau kita melakukan sesuatu tanpa menguasai ilmunya, itu namanya cuma untung2an aja alias trial and error.
Kata orang yg sudah berhasil dalam breeding, kunci keberhasilan breeding adalah menguasai pengetahuan (know-how) tentang breeding ditambah dengan SEDIKIT keberuntungan. Kalau cuma mengandalkan keberuntungan aja kayaknya repot, seperti orang main judi saja.
Tapi kalau kita melakukan sesuatu tanpa menguasai ilmunya, itu namanya cuma untung2an aja alias trial and error.
Kata orang yg sudah berhasil dalam breeding, kunci keberhasilan breeding adalah menguasai pengetahuan (know-how) tentang breeding ditambah dengan SEDIKIT keberuntungan. Kalau cuma mengandalkan keberuntungan aja kayaknya repot, seperti orang main judi saja.
Teori itu juga gunanya
untuk meminimalisir ketidak pastian.
Hanya kadang2 kita menemukan orang2 yang meng-claim anti-teori atau mencibirkan teori. Tapi banyak orang yg demikian itu sebetulnya hanya untuk menutupi ketidaktauannya tentang teori itu. Dia lupa bahwa kita di sekolah juga belajar teori. Iptek bisa maju awalnya juga dari teori.
Hanya kadang2 kita menemukan orang2 yang meng-claim anti-teori atau mencibirkan teori. Tapi banyak orang yg demikian itu sebetulnya hanya untuk menutupi ketidaktauannya tentang teori itu. Dia lupa bahwa kita di sekolah juga belajar teori. Iptek bisa maju awalnya juga dari teori.
teori harus diuji
dengan praktek. Yg juga penting waktu kita mengaplikasikan teori itu harus
diamati betul dan dicatat. Karena reaksi setiap trah terhadap suatu penyilangan
tertentu tidak selalu sama. Ada yg burung memberikan reaksi bagus terhadap inbreeding
vertikal atau horizontal, tapi banyak jg yg tidak cocok. Dalam crossing juga
begitu. Harus diamati burung trah mana yg bereaksi bagus disilang dgn trah
tertentu.
Breeding hanya akan berhasil kalau dilakukan dengan kesabaran dan ketekunan.
Breeding hanya akan berhasil kalau dilakukan dengan kesabaran dan ketekunan.
MENILAI
EKSPRESI WAJAH MERPATI
Masalah
paling sulit memilih burung adalah menilai karakternya. Banyak pendapat yang
mencoba menghubungakan ciri-ciri fisik untuk menilai karakter, tetapi tidak ada
yang konsisten. Orang2 bule juga sama saja dengan kita yg berusaha mencari
"sign" tertentu, termasuk "eye sign", untuk mengetahui
karakter burung. Tapi pada umumnya berpendapat bahwa karakter, termasuk
kecerdasan, dapat dideteksi dari ekspresi wajahnya. Yang akan
kita bahas adalah menilai karakter merpati pos. Apakah
ini berlaku untuk merpati tinggian dan balap di Indonesia. Tetapi yang jelas, para
pemain merpati Indonesia
juga menilai karakter dari ekspresi wajahnya. Kita sering mendengar istilah
mukanya "kejem" dll.
Menurut
Seteven van Breemen, burung yang punya karakter kuat kalau dilihat dari depan (paruh
menghadap muka kita dengan posisi sejajar dengan mata kita) akan memperlihatkan
ekspresi seperti burung hantu (owlface) dengan mata terkesan masuk kedalam.
menurut saya, ini sejalan dengan pendapatnya Brian Vicklers (lihat gambar no 5
pada teori eye sign) dimana mata yang bagus posisi circle of correlation akan
terlihat lebih dalam dari iris-nya (pupil dan circle of correlation seperti
masuk). Kesan ini timbul karena iris dengan
gelombang lebih nyata dan pupil yang kecil.
Menurut
Breemen, burung yang punya karakter juga kalau dipegang akan berontak (tipe
wringler). Berontak di sini bukan berarti liar atau gesit, tetapi burung tersebut
tidak mau dikekang.
Terus terang
saya tidak dpt memastikan apakah pendapat Bremeen ini berlaku 100% untuk
merpati Indonesia.
Saya kira yang penting adalah kita perlu sering mengamati ekspresi wajah
burung2 yg punya karakter bagus. Dengan cara demikian, kita akan terbiasa
menilai karakter dengan melihat ekspresi wajahnya.
by. Janoko Mozart Bf
Cp. 087733991995
Cp. 087733991995
bener bener bermanfaat. maksih om janoko mozart..
BalasHapusJoss bossku
BalasHapusSangat masuk akal,makasih bro,....
BalasHapusLagi belajar,,maksih ilmunya om
BalasHapusMakasih bos
BalasHapus