Selasa, 09 April 2013

RESIKO BETERNAK INBRED DAN LINEBRED BURUNG MERPATI




SENI INBREEDING DAN LINEBREEDING.

1.         Inbreeding dan Linebreeding.

Marcel Lekeuche dipandang sebagai orang yang paling menguasai, dan sayangnya, sebagai paker inbreed Belgia yang terakhir. Dia Menjelaskan : " Ada beberapa ketentuan yang harus diingat kalau anda ingin melakukan inbreed suatu strain. Pertama dan paling penting, anda harus menyingkirkan semua merpati yang tidak tumbuh seperti jamur dalam sangkar, yang tidak memiliki supit rapat, yang ototnya jelek dan yang bulunya tidak nyutra. Lakukan hal yang sama (dibuang)burung yang memiliki pinggang lemah, mata yg jelek dan tenggorokan yang jelek. Selain itu, anda harus memberikan perhatian pada kualitas sayap yang baik: pundak yang kuat, sayap dalam dan sekunder yg pendek, , step-up yang baik dan ventilasi yang baik yaitu 4 lar terakhir agak sempit, lurus dan bentuknya seperti pisau roti. Lalu, jangan lupakan aturan kedua: silangkan jantan yg tulang dadanya panjang dengan betina yang badannya kecil bulat seperti buah apel sehingga anakannya akan memiliki bentuk dan kerangka yang balance (baik). Terakhir, sembilih semua anakan yang badannya memperlihatkan tanda-tanda cacat/anatomi jelek, degenerative effect/inbreeding depression dan kesehatan yang jelek.

Catatan dari saya: Intinya kalau kita mau melakukan inbreeding harus menggunakan burung selain yang sudah teruji punya karakter baik, juga harus memiliki anatomi yang baik juga. Anatomi yang baik tentu tergantung kita main burung apa, balap, tinggian, kolongan atau pos. Anatomi baik seperti disebutkan di atas adalah anatomi untuk merpati pos.
Mengenai bentuk sayap yang baik bisa dilihat lagi Wing Theory di Forum lama.

2.         Skema Penyilangan

"Anda dapat menyilangkan kakak dengan adik (F1), kata Mr. Marcel. Selanjutnya, anda harus memilih 2 pasang anakan yang sudah teruji baik (F2) yang akan disilangkan dengan pola kakak-adik juga. Setelah itu, anda harus menyilangkan jantan hasil inbreed yang berasal dari pasangan F2 dengan betina inbreed yang berasal dari pasangan F2 juga sehingga F3-nya adalah sepupuan. Type inbreeding ini sangat membantu dalam menjaga darah burung yang baik. Tapi hati-hati, penyilangan ini bisa menghasilkan banyak burung yg ganas, dengan perilaku yg aneh, mandul, dan burung gila (catatan: ini semua bentuk inbreeding depression). Tingkat burung "dead wood"/afkir juga cukup tinggi.

Dikatakan bahwa peyilangan kakak vs adik adalah cara breeding tertutup yang terbaik. Tapi saya (Mr. Martin) yakin, ada cara yang lebih baik untuk mencapai kesuksesan. Saya selalu memilih penyilangan bapak dengan anak betina dan ibu dengan anak jantan. Jika anda menginginkan mengumpulkan gen-gen juara dari induk jantan atau betina, anda dapat mengulangi penyilangan serupa dari satu generasi ke generasi berikutnya.

          Tipe inbreeding inilah yang dilakukan Dr. Whitney secara berulang-ulang terhadap trah Huyskens - Van Riels.
Tapi harus hati-hati semakin sering anda melakukan teknik penyilangan seperti ini, semakin banyak anakannya akan mengeluarkan bulu warna putih. Anakan dengan warna putih atau hampir putih dalam banyak kasus akan keluar pada generasi F5. Apabila burung2 tersebut bermata merah (jawa), mereka akan mudah hilang pada latihan pertama. Ini sebabnya di Belgia kami menamakannya "burung gila" karena "buoyancy" yang luar biasa (pegangan ngapas), dan kami menyimpan burung tersebut sebagai breeder.

Catatan dari saya: Ini adalah tipikal perdebatan yg tidak pernah selesai mengenai mana yg lebih baik antara inbreeding vertikal (bapak/ibu vs anak) dan horizontal (kakak vs adik). Saya pribadi cenderung vertikal lebih baik karena terjadi konsentrasi gen. Tergantung kita mau inbreed diseputar induk jantan atau betina atau kedua-duanya kalau memang induk jantan dan betina adalah burung super.

Mr. Martin selanjutnya juga menulis sbb:

"Saya juga setuju dengan penyilangan kakak vs adik tiri (satu ibu atau satu bapak) untuk F1 dimana F2-nya disilangkan kembali dengan kakek/neneknya. Pola penyilangan lain yang juga saya setuju adalah sepupu yang berasal dari hasil penyilangan 2 pasang kakak vs adik tiri atau kombinasi paman/tante dengan keponakan lalu silangkan generasi ketiga dan anakannya disilangkan kembali dengan kakek/neneknya.

Karena kecerdasan yg hilang juga nggak karena secara teoritis, inbreeding tidak mengurangi kecerdasan. Kecerdasan diturunkan secara intermediate, jadi dia tidak akan hilang.

Yang namanya inbreeding terus menerus pasti suatu saat akan mengalami inbreeding depression sehingga burung tidak layak sebagai racer, tapi bisa bagus sebagai breeder.
Di sini harus dilihat bentuk inbreeding depressionnya seperti apa.
Dalam tulisan di atas juga sudah disebutkan beberapa jenis inbreeding depression seperti cacat fisik, perilaku jantan yg aneh, mandul, kesehatan yg buruk dll.

Pengaruh inbreed

1.     Inbreeding tidak akan membuat burung bagus menurunkan anakan yg jelek, tetapi inbreeding akan memunculkan semua gen pembentuk anatomi, termasuk gen resesif yang jelek (tidak terlihat menjadi terlihat). Oleh karena itu kalau melakukan inbreeding harus menggunakan burung yang super (the best vs the best). Dengan menggunakan burung bagus, maka diharapkan gen resesif yg jelek akan sedikit, meskipun kita tau tidak ada burung yg sempurna. anakan inbreed yang memunculkan anatomi jelek (cacat) ini harus diseleksi / disingkirkan dari proses breeding berikutnya.

2.     Inbreeding tidak akan membuat burung jadi bego, tapi akan membuat burung terlihat "seperti bego" karena loyo. Burung yang loyo pasti nafasnya juga ngos-ngosan. Oleh karena itu burung inbreed tidak cocok untuk jadi racer.
Jadi burung hasil inbreed yang bagus untuk bibitan adalah yang anatominya bagus tapi loyo.... Kalau nanti dicross dengan darah lain makan anaknya tidak akan loyo lagi dan juga tidak akan terlihat bego.
Breeding tidak bisa hanya melihat dari satu sisi saja (betina atau jantan saja). Soal betina nyetak atau trah tidak penting. Yang penting adalah pasangan tersebut mampu menghasilkan burung-burung baik secara terus menerus. Ini yang biasa disebut dengan "golden pair".
Kalau dilihat dari sisi betinanya saja, yang dicari adalah betina yang mempunyai kemampuan "general combine ability"  atau betina yang dijodohkan dengan jantan mana saja sepanjang jantan tersebut baik, maka anaknya akan cenderung baik. Ada juga betina yang hanya menghasilkan anakan baik dengan jantan tertentu saja. Betina yang demikian biasa disebut dengan "specific combine ability" atau "nicking"
Strategi dengan hibridisasi (Hybridization).
Kalau saya punya jantan  A dan B serta betina C dan D dimana A X C dan B X D sudah terbukti mengeluarkan anakan yang bagus, maka saya cenderung mempertahankan trah A X C dan B X D melalui inbreeding atau line breeding, dari pada mencoba menyilangkan A X D dan dan B X C karena belum tentu cocok.

Kalau mau menyilangkan lebih baik anak A X C dengan anak B dan D. Dengan cara demikian jalur A X C dan B X D yang sudah terbukti mengasilkan anakan yang baik tetap dapat dipertahankan.
Penyilangan anakan dua trah hasil inbreed paling umum dilakukan dan burung-burung pos juara di Eropa adalah hasil dari teknik penyilangan ini.
Kalau kita sudah bergerak ke crossing sebelum melakukan inbreed atau linebreed, nanti tiba-tiba terjadi sesuatu dengan indukannya (mati, sakit atau mandul), maka kualitas ternakan secara keseluruhan menjadi berantakan.
Maksudnya jangan membuang-buang waktu selagi punya indukan yang bagus
Selain itu, siapa tau menyilangkan anakan dari indukan yg sudah stabil bagus, bisa saja justru menghasilkan burung yang lebih bagus dibandingkan dengan menyilangkan indukannya.Dan yang lebih penting tidak membuang-buang waktu selagi indukan masih produktif

Resiko mengambil keturunan burung secara terus menerus
Tujuan seorang breeder adalah bagaimana menghasilkan "keluarga" merpati yang baik secara terus menerus dari tahun ke tahun. Oleh kareanya mengandalkan hasil ternak dari satu atau dua golden pair saja sangat riskan karena sepasang merpati tidak mungkin berproduksi secara terus menerus. Oleh karenanya regenerasi indukan menjadi sangat penting. Kecenderungan yang sering terjadi adalah kalau seorang breeder mempunyai golden pair, maka golden pair tersebut "diternak" untuk bertelur terus menerus.

Cara ini sangat beresiko karena beberapa hal:
1.     Burung betina yang bertelur terlalu sering kualitasnya akan semakin menurun dan peluang untuk munculnya gen resesif yang negatif akan semakin besar.

2.     Burung yang akan masuk periode breering harus dipersiapkan secara baik, baik dari sisi fisik maupun mentalnya. Persiapan fisik berhubungan dengan pemberian nutrisi dan manajeman yang baik. Idealnya persiapan fisik dan kesehatan memerlukan waktu 1 bulan. Ini periode "coditioning" atau "flushing". Kalau burung betina bertelur sampai 2 X sebulan, bagaimana mungkin menyiapkan fisik dan kesehatan yang baik??.Burung yg memasuki masa breeding akan mengalami stress. Kalau terlalu sering bertelur dengan sendirinya periode stress akan semakin berat.

3.     Kalau di kandang kita ada burung yang dapat dikategorikan sebagai golden pair, maka yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan kombinasi gen yang ideal tersebut tetap ada di kandang kita. Ini hanya bisa dilakukan melalui inbreeding dan linebreeding. Memang betul inbreeding dan linebreeding akan menghasilkan keseragaman baik dari sisi kualitas maupun bentuk fisik. Tetapi justru tujuan seorang peternak adalah bisa menghasilkan keseragaman dari sisi mutu, bukan menghasilkan keluarga merpati yang mutunya belang bentong. Keseragaman jangan diartikan sebagai keseragaman yang statis tetapi keseragaman yang dinamis dimana kualitasnya terus mengalami peningkatan.

4.     Meskipun kita menggunakan strategi inbreeding, peningkatan kualitas tetap harus dilakukan melalui crossing dan backcrossing. Tetapi kalau kita melakukan crossing terus menerus tanpa ada stabilisasi gen, maka kualitas hasil ternakan menjadi bervariasi. Akibatnya hasil ternakan tidak memiliki ciri khas dan tidak ada standard mutu.

5.     Mengenai penggunaan babuan..... Kualitas burung ditentukan oleh struktur gennya dan struktur gen ini diturunkan melalui perkawinan, bukan melalui lolohan. Jadi menggunakan babuan tidak mempengaruhi struktur genetiknya.

6.     Masalahnya kalau kita menggunakan babuan ada kecenderungan kita memperlakukan babuan sebagai "burung kelas 2" . Padahal burung yang sedang meloloh justu memerlukan perhatian yang lebih baik, terutama dari sisi pemberian nutrisi dan pengawasan kesehatan. Kalau perhatian terhadap burung babuan tidak memadai maka dengan sendirinya kualitas piyikan juga akan menurun.
Kalau kita mau menggunakan babuan untuk loloh yang penting adalah mempersiapkan babuan tersebut secara baik, terutama dari sisi kesehatan dan nutrisi. Babuan juga tidak boleh meloloh terus menerus karena akan mengalami stress yang bisa berakibat pada semangat untuk merawat piyiknya.

Tujuan dari inbreeding adalah untuk mencetak breeder, bukan racer karena ada potensi terjadi inbreeding depression seperti burung loyo, gampang sakit atau bahkan cacat fisik. Untuk mencetak racer perlu dilakukan dengan crossing burung hasil inbreed dengan darah lain yang tidak ada hubungan. Sebaiknya burung yang digunakan untuk crossing juga hasil inbreed hanya beda darah. Ini yang biasa disebut dengan hibridisasi (hybridization).
Tetapi pengalaman saya, inbreeding depression tidak selalu muncul seketika walaupun ada juga yg muncul seketika. Saya pernah melakukan inbreed, anaknya lansung kacau balau, tapi ada juga yg anaknya normal dan bisa dimainkan tanpa ada tanda-tanda mengalami inbreeding depression. Kesimpulannya, ada burung yang darahnya cocok untuk inbreed dan ada juga yang tidak cocok.
Kalau kita melakukan inbreed hasilnya terlihat normal, bisa dicoba lakukan double inbreed. Tetapi jangan sampai lebih dari 2 kali karena potensi munculnya inbreeding depression sangat besar, i secara teoritis demikian.
Ada yang bilang breeding itu seperti minum anggur Perancis yang berkualitas....Harus pelan-pelan (sedikit2) sehingga bisa dinikmati. Kalau 1 botol sekali tenggak akibatnya langsung teler dan tidak bisa merasakan enaknya anggur tersebut. Maksudnya lebih baik pake linebreeding saja yang lebih aman meskipun prosesnya lambat. Kalaupun mau inbreed jangan terlalu sering. Dan jangan lupa, inbreeding maupun linebreeding harus disertai dengan seleksi yang ketat. Hanya burung yang betul-betul sudah teruji baik yang boleh dilakukan backcrossing (disilang balik).
Sebetulnya istilah backcrossing ada yg mengartikan lain. Kalau burung A dari trah X hasil inbreeding disilang dengan burung B dari trah lain menghasilkan burung C. Kalau C disilang ulang dengan burung mana saja sepanjang berasal dari trah X (tidak harus dengan burung A), juga disebut dengan backcrossing.
Backcrossing harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena kalau sampai salah akan merusak trah X selanjutnya. Ada yang menyarankan, daripada beresiko merusak trah X yang sudah stabil dan mapan, lebih baik dibuat sub-trah baru dengan C sebagai basic blood.
Hybreed adalah satu tahap setelah kita melakukan inbreed atau linebreed. Jadi kita bisa melakukan hybreed setelah melakukan inbreed atau linebreed. Ini sangat umum dilakukan di Eropa.
Inbreed bisa menjadi strategi breeding yang ampuh dan homogenisasi gen bisa berlangsung dengan cepat. Tapi masalahnya memerlukan pengalaman karena effeknya juga besar dan bikin kaget. Oleh karena itu saya sarankan pake linebreed saja yang terbukti hasilnya juga hebat. Hanya kelemahannya proses homogenisasi gen lebih lama.
Secara genetik burung dikatakan dewasa dan siap bereproduksi pada usia sekitar 7 bulan. Mungkin saja anak dari betina yg masih muda kurang sehat, tapi ini bukan karena genetik. Hal ini bisa terjadi karena beberapa sebab seperti indukan belum pandai meloloh, nutrisi dan kesehatan indukan atau babuan yang tidak dipersiapkan dengan baik. Oleh sebab itu masa "flushing" sebelum memasuki periode breeding sangat penting.
kadang terjadi telur pertama bentuknya tidak sempurna seperti cangkang terlalu tipis dan bruntusan atau bentuknya terlalu kecil. Kalau terjadi kasus demikian, sebaiknya betina yang masih muda jangan langsung bertelur lagi, tetapi diulang masa "flushing". Baru sebulan kemudian ditelorkan lagi. Yang paling penting dalam masa flushing adalah pemberian obat cacing dan coccidiosis serta nutrisi yang banyak mengandung protein (sekitar 18 %) dan kalsium (grit putih).
Tetapi kalau kita perhatikan silsilah burung-burung pos jawara di luar negeri, maka akan terlihat bahwa burung tersebut banyak yang induk betinanya berusia antara 1,5-2 thn dan induk jantannya berusia <7 thn. Mungkin ini juga bisa jadi bahan pertimbangan.
Sebenarnya tidak ada metode ternak yg benar2 jitu. Inbreed, Linebreed, dan metode pemuliaan ternak, secara teori memang bisa menghasilkan anakan yg merata.
Tapi buat kita, dimana betina tidak dilombakan, maka ujung2nya, feeling menjodohkan (pairing) tetap sangat berperan besar. Improvisasi, sedikit 'keluar jalur' malah menjadi suatu hal yg mengasyikan.

Yg penting jangan ragu utk memulai. Tetap semangat, jangan cepat puas, dan selalu ingin tau. Dgn ketelitian, lama kelamaan kita akan mengerti sendiri lika liku breeding kandang kita sendiri.

SENI BREEDING KELANJUTAN INBREEDING
Sebelumnya berangkat dari penjelasan pengertian breeding. Pengertian umum dari wikipedia terminologi "peternakan", yaitu kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.

Setelah mencermati beberapa orang yang melakukan kegiatan beternak pada akhirnya menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1.      Ternak sebagai business as ussual, alias asal ternak atau yang penting ternak.
Pendapat ini untuk mengomentari tulisan Shewmaker:
Recognize though that average animals from a superior inbred pool are potentially more valuable than very good animals from a widely diverse pool
Tipikal peternak yang seperti ini senang sekali dengan hitungan matematis, dimana 1+1 maunya harus 2. Tangannya sangat tidak bisa menahan diri kalau punya atau lihat burung yang bagus, maka orientasinya pada burung tersebut adalah, bila tiba waktunya, suatu saat akan diternak dan dipertemukan dengan betina yang bagus, pasti hasilnya akan bagus. Saya yakin teman kita ini matematikanya pinter banget, mungkin waktu sekolah nilainya 100 terus.........
Suatu saat teman kita ini terheran-heran, kenapa dari 20 pasang hasil ternakan dia, cuma ada 1 yang bagus?.... itupun dapet bagus setelah dapet anakan yang ke-20. Lalu kenapa yang 19 KO' standarnya di bawah indukan tetuanya ya?...  padahal jantannya jelas-jelas burung legenda, burung juara, pokoke   yang paling hebat dan paling tidak terkalahkan, sampe
sampai pesawat jet saja kalah cepat dengan terbang burungnya sampai tidak bisa di ikuti mata dan tembaknya sekali masuk perut, jokinya langsung opname di rumah sakit atau langsung lari ke kamar mandi krn sakit perut.
 Kalau dilihat betinanya, wah..... trahnya nomor satu di kolong langit deh....nggak perlu diragukan lagi, belahannya yang jantan aja pialanya banyak banget, sampe-sampe kalo sedang dilombakan semua penonton akan hening melihat gaya terbang dan tembaknya (hampir menyerupai sniper menembak teroris yang sedang di eksekusi tahu – masuk perut, hampir semua pemain burung menginginkan trah burung tersebut, penawaran akan trah burung tersebut juga tidak berhenti seperti orang yang lagi antri karcis kereta mau mudik lebaran.  Intinya pokoke jantan sama pasangan betinanya top markotop deh........

Usut punya usut ternyata, tetua jantannya dulu berasal dari anak urutan ke-13 dari total jumlah 15 pasang yang ditetaskan, itupun sisanya yang lain boncos semua...... Sedangkan betinanya ternyata berasal dari ternakan anak kecil yang iseng-iseng netesin burung upcare (sortir yang ga kepake). Ternyata jalan ceritanya seperti itu.......
Lalu....apakah anak urutan ke- 13 dan ternakan anak kecil ini salah?... ternyata penyebabnya bukan itu, tapi teman kita yang peternak ini cuma senang melihat hitungan matematik saja, logikanya sangat kuat bahwa :
burung bagus + burung bagus = burung bagus.

Peternak jenis seperti ini cepet naik daunnya tapi juga cepet hilangnya, mungkin karena frustasi atau sudah kelelahan karena dimakan waktu dan biaya.......
Lalu bagaimana mengatasi masalah teman kita yang seperti ini?
Ternyata ada solusi yang lumayan, mari kita lihat jenis peternak yang kedua.........

2.      Peternak pembelajar, pemerhati, pengamat dan pendengar yang baik dan telaten.
Peternak yang satu ini seneng banget ngumpulin informasi, pengetahuan, teori-teori dan tanya sana sini bagaimana cara ternak yang baik dan benar. Dan obsesinya adalah menemukan indukan tetua yang baik dan mencetak anak-anak yang terbaik. Prinsipnya sama dengan peternak jenis pertama, tapi ada perbedaan yang amat sangat mendasar, yaitu tidak terburu-buru untuk menghasilkan super racer, tapi memprioritaskan menghasilkan super breeder terlebih dahulu yang telah teruji.
Peternak ini senang berkutat dengan kerumitan dan pengamatan, dan sangat bebas untuk menikmati hasil ternakannya, bukan semata-mata untuk dimainkan , tapi cuma sekedar untuk diamati, diseleksi dan diupcare (sortir).
Terkesan aneh, tapi peternak ini justru visioner. Peternak jenis ini juga amat senang matematik, tapi lebih luwes, realistis dan pragmatis dalam menjawab. Dia tau bahwa 1+1=2. Kalau peternak pertama terlalu cepat menjawab, tapi kalau peternak kedua bukan segera menjawab, melainkan berupaya untuk memastikan bahwa 1+1 jawabannya adalah dua, atau setidaknya mendekati dua. Dia sadar betul ada banyak faktor yang membuat jawaban 2 itu menjadi tidak pasti, karena faktor-faktor itu menjadikannya nisbi dan relatif. Memperhatikan kondisi yang jadi serba tidak pasti, maka peternak kedua kemudian bereksplorasi dan berfilosofi, yaitu berpikir keluar dari kelumrahan (out of the box), bahwa kalau ada jawaban yang lebih baik dari angka 2, kenapa harus memilih angka 2....?
 siapa sih orangnya yang tidak kepingin memperoleh sesuatu yang lebih baik ?
Dari sini mulai ketahuan, dan bisa disimpulkan, bahwa sebenarnya breeding itu memang bukan hitungan matematis.

Yang menjadi persoalan sekarang, sebenarnya apa sih yang dikerjakan oleh peternak untuk meminimalisir ketidakpastian?
Salah satu metode yang diadopsi adalah menggunakan teknis inbreeding, linebreeding, cross/out breeding dan hibridisasi.
Rasa-rasanya Prof Anker bisa dan layak jadi rujukan utamanya. Apa yang dilakukan dengan hal tersebut ? Kalau bicara inbreeding, linebreeding, cross/out breeding dan hibridisasi sepertinya sudah membuat kita bosan.
Singkat cerita, peternak jenis ini pada akhirnya memiliki superbreeder yang secara terus menerus mampu mencetak angka 2, bahkan lebih dari angka 2, itupun dalam waktu yang lama. Apabila dilakukan secara lebih profesional, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa kualitas ternakannya jauh melampaui standar awal indukan tetuanya. Satu keuntungan lagi adalah bahwa peternak ini menjadi punya ciri khas yang menonjol (strain tertentu) dari cara kerja burungnya yang merata dan konsisten.............

3.      Peternak yang shortcut, senangnya potong kompas.
Jenis peternak ini sadar betul, betapa tragisnya menjadi peternak ke-1 tapi juga tidak mau terlalu lama untuk menjalani proses peternak ke-2. Akhirnya dia putuskan bagaimana caranya mendapatkan superbreeder dari peternak ke-2 dan melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh peternak ke-2. Hebatnya lagi, konsepsinya yang matang, menjadikannya mencari strain lain super breeder model peternak 2, untuk memperkuat satu strain atau membuat suatu strain baru.
Kesimpulan:
1. peternak ke-1 : orang nekat
2. peternak ke-2 : orang cerdas
3. peternak ke-3 : orang cerdik

 Selamat mencoba semoga berhasil.
Janoko Mozart Bf
 Cp. 087733991995

7 komentar:

  1. yang paling enak tetep orang BEJO !!!

    BalasHapus
  2. joss...pemula nyimak aja lah.
    heheheheheheee.

    BalasHapus
  3. Joss mas makkasih sudah diberi palajaran berharga soal inbred

    BalasHapus
  4. Agustus 2020 sanagt membantu, masih menyimak n mencoba memahami lebih dalam lg.
    Terima kasih Janoko Mozart BF.
    Semoga lancarr

    BalasHapus